Percetakan di Jakarta tak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari terutama bagi anda yang tinggal di Jakarta. Buku, majalah, brosur, spanduk, dan foto adalah beberapa produk dari mesin-mesin percetakan. Kehadiran mereka begitu dekat dalam kehidupan kita sehari-hari, dimana semuanya berasal dari industri yang punya sejarah panjang—yakni dunia percetakan.
Percetakan dunia memiliki sejarah panjang. Mulai dari zaman purba, hingga ditemukannya mesin cetak pertama oleh Johannes Gutenberg pada abad ke-15, sekitar tahun 1440.
Penemuan Gutenberg menjadi titik balik dalam sejarah penyebaran informasi dunia. Teknologi cetak ini kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk ke wilayah Hindia Belanda.
SEJARAH PERCETAKAN MASA KOLONIAL
Sejarah percetakan Jakarta sendiri dimulai pada masa kolonial. Ketika kota ini masih bernama Batavia dan menjadi pusat pemerintahan VOC dan Belanda di Nusantara.
Percetakan pertama di Indonesia berdiri sekitar tahun 1659 dengan nama Lands Drukkerij (percetakan negara), didirikan oleh pemerintahan kolonial Belanda. Mesin yang digunakan pada awalnya adalah mesin cetak manual berbasis huruf timah (letterpress).
Awalnya percetakan ini bertujuan untuk memproduksi kebutuhan administratif pemerintahan VOC, seperti mencetak dokumen resmi keputusan gubernur jenderal hingga undang-undang.
Secara bertahap, sekitar akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19 (khususnya tahun 1795–1810), Lands Drukkerij mulai memperluas fungsi cetaknya. Tidak hanya untuk dokumen administrasi pemerintahan, tetapi juga untuk buku hukum, materi pendidikan, dan surat kabar.
Salah satu surat kabar awal yang tercatat adalah “Bataviaasch Nieuwsblad” (akhir abad ke-19). Walaupun awal-awalnya surat kabar di Hindia Belanda dicetak dalam bahasa Belanda untuk konsumsi warga Eropa dan elit lokal.

Percetakan di Masa Perjuangan Kemerdekaan (1930-an – 1945)
Sekitar tahun 1850-an ke atas, komunitas Tionghoa, Arab, dan lokal (pribumi) mulai mendirikan percetakan swasta. Surat kabar komunitas: seperti surat kabar Tionghoa-Melayu (Sin Po, muncul pada 1910).
Memasuki masa perjuangan kemerdekaan, percetakan di jakarta menjadi salah satu alat penting dalam menyebarkan semangat nasionalisme. Banyak percetakan bermunculan seperti Medan Prijaji (awal 1900-an). Percetakan ini mencetak selebaran perjuangan, surat kabar nasionalis, hingga manifesto politik, yang efektif menyatukan semangat perjuangan rakyat.
Namun karena alat ini bisa menggerakkan massa untuk melawan kekuasaan kolonial, maka pemerintah Belanda dan Jepang sering kali menyita, bahkan menghukum mereka yang menerbitkan atau menyebarkan media tersebut.
Percetakan Setelah Proklamasi Kemerdekaan (1945 ke atas)
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, percetakan menjadi alat komunikasi nasional. Jakarta sebagai pusat pemerintahan baru memainkan peran dalam menyebarkan informasi resmi negara.
Percetakan milik rakyat dan swasta nasional mulai menggantikan percetakan kolonial. Percetakan digunakan untuk mencetak dokumen negara, buku pelajaran, teks pidato, uang, hingga media massa pro-kemerdekaan.
Balai Pustaka, meskipun didirikan di masa kolonial (1917), bertransformasi menjadi salah satu pelopor penerbitan nasional. Mereka mencetak karya sastra Indonesia (seperti Siti Nurbaya, Layar Terkembang), Buku pelajaran dan materi edukasi untuk membangun bangsa pasca-merdeka.
Memasuki era 1960-an, teknologi offset printing mulai diperkenalkan dan perlahan menggantikan letterpress. Offset memungkinkan proses cetak yang jauh lebih cepat dan efisien, terutama untuk cetakan dalam jumlah besar seperti buku dan majalah.
Memasuki akhir 1990-an hingga 2000-an, industri percetakan di Indonesia kembali mengalami lompatan besar dengan hadirnya teknologi digital printing. Teknologi ini memungkinkan pencetakan langsung dari file komputer tanpa perlu pelat cetak, sehingga sangat cocok untuk kebutuhan cetak cepat, dan produksi satuan seperti kartu nama, undangan, banner, hingga kemasan custom.
Kini, dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan kebutuhan cetak yang terus meningkat, hadir Dyno Printing di Jakarta sebagai salah satu solusi percetakan modern. Dyno Printing menawarkan beragam produk cetak mulai dari stiker, kemasan, banner, hingga kebutuhan promosi lainnya, dengan layanan yang cepat, ramah, dan hasil berkualitas tinggi. Jadi, bagi Anda yang mencari percetakan terpercaya dan terdekat di Jakarta, Dyno Printing siap membantu Anda tampil profesional melalui cetakan yang maksimal.
📍 Jl. Otista Raya NO. 161A, Bidara Cina, Kecamatan Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Jakarta 13330, Indonesia
📱 0852-8005-9274 / Digitalprinting41@gmail.com
🌐 www.percetakandigital.id